Tuesday 1 May 2012

Ketika Kekuatan Doa Menembus Ruang dan Waktu


Husni Kamil Manik, Ketua KPU Pusat, meyakini doa bisa membikin yang tidak mungkin menjadi mungkin.

KEKUATAN doa diyakini Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2012-2017, H Husni Kamil Manik, dapat menembus ruang dan waktu. Jadi harapan yang diungkapkan kepada Allah SWT lewat Dia berhasil menjadi Ketua KPU Pusat, kata Husni, berkat doa orangtua, ulama dan guru. Itu diungkapkan Husni pada acara syukuran dan silaturahmi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumut dan nahdliyin atas terpilih Husni sebagai Ketua KPU, di aula PWNU Sumut, Jalan Sei Batanghari Medan, Sabtu malam, 28 April 2012.

Menurut Husni, bila doa dijabah membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Husni menunjuk contoh, seusai menamatkan pendidikan di Madrasah Aliah Negeri (MAN) I Medan, Husni semula memperkirakan tidak akan lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Tapi ternyata lulus dan diterima di Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand), Padang.

Kemudian, Husni juga merasa tak mungkin menjadi anggota KPU Sumatera Barat, karena kampungnya di Sumatera Utara. Ternyata di usia 28 tahun, Husni sudah memimpin KPU Sumbar. Sekarang, pada usianya ke-36, Husni dipercaya memimpin KPU Nasional. "Ini merupakan akumulasi dari doa-doa dijabah, bukan dari diri saya, tapi orangtua, guru dan ulama. Warga NU paling banyak mendoakan saya agar proses yang saya ikuti dalam seleksi pemilihan anggota KPU Nasional bisa sukses. Sebelum penentuan anggota KPU, PW NU Sumbar juga menggelar istigasah," kata Sekretaris PW NU Sumbar ini.

Pria kelahiran Medan, 19 Juli 1975 ini menambahkan, doa dapat menembus ruang dan waktu. Sedangkan tasyakuran yang digelar PW NU Sumut, katanya, merupakan bagian dari tautan doa-doa. "Saya berharap, lewat untaian doa akan mampu dan sukses mengemban tugas dan amanah yang dibebankan negara kepada saya untuk menyelenggarakan pemilu yang jujur, adil dan demokratis," kata Husni.

Menurut Ketua PWNU Sumut, H Ashari Tambunan, syukuran atas terpilihnya Husni, merupakan ungkapan rasa kebanggaan pada putra Sumut yang juga pengurus NU Sumbar. telah diamanahkan mengemban jabatan terhormat sebagai Ketua KPU Pusat. Namun, dia mengingatkan, jabatan terhormat pasti punya tanggung jawab berat. "Karenanya, kami berharap dan senantiasa mendoakan agar amanah yang diberikan negara dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya," kata Ashari Tambunan. (anl/KS)

Monday 16 April 2012

Selamat dari Kecelakaan Setelah Bersedekah

TAHUN 1989 lalu (bila tak salah ingat) sebuah bus yang mengangkut rombongan murid SMA sebuah sekolah swasta di Medan yang hendak berdarma wisata ke Sibolga, ditabrak kereta api di Perbauangan, Sumatera Utara. Sejumlah siswa meninggal dan beberapa murid lain luka-luka dan sebagian selamat. Tabrakan tersebut menjadi berita utama di surat-surat kabar Medan, kala itu.

Beberapa hari kemudian, Abu Bakar, kawan saya yang mengajar di sekolah itu, mengajak saya menjenguk temannya, seorang guru agama, yang selamat. Guru yang kami kunjungi itu tidak henti-henti mengucapkan syukur karena bisa selamat dari kecelakaan itu. Hampir seluruh penumpang yang duduk di bangku barisan dua dari belakang meninggal dunia.

Guru yang kami datangi itu, tadinya duduk di bangku barisan kedua dari belakang itu. Tapi ketika bus berhenti di Pekan Perbaungan, seorang muridnya minta duduk di sana dan dia pindah ke belakang. Dan ketika bus sampai di perlintasan kereta api, bus tertabrak. Dan murid yang meminta bertukar tempat duduk dengannya meninggal dunia. Malang memang tak dapat ditolak dan mujur tak dapat diraih.

Kejadian itu menjadi perenungan yang mendalam bagi guru yang selamat dari bencana itu. Dia bersyukur karena Tuhan masih menghendaki dia hidup di dunia ini. Namun sebagai guru agama, dia menjadi saksi dari kebenaran sejumlah petunjuk agama bahwa sedekah bisa menyelamat manusia dari bencana seperti kecelakaan lalu lintas. Sebelum berangkat, kata guru itu, dia bersedekah kepada Rp 1.000 (seribu) rupiah.

Soal sedekah bisa menyelamatkan manusia dari bencana memang banyak diyakini  sebagian masyarakat. Mungkin lantaran itulah, kenapa bila supir-supir bus di Aceh atau di Bukittinggi, selalu memberi kesempatan kepada peminta sedekah untuk meminta derma kepada penumpang sebelum bus berangkat.

Sunday 15 April 2012

Insyaf Ketika Lagi Mabuk Ekstasi

KEINSYAFAN bisa datang pada seseorang di mana saja. Seperti yang dialami oleh Sutris, penduduk Binjai, Sumatera Utara. Sutris justru insyaf ketika mabuk ekstasi di sebuah diskotik. Menurut cerita Sutris, ketika masih lajang sekitar enam tahun lalu, dia hampir setiap malam ke diskotik dan mabuk ekstasi. Biasanya, Sutris pergi ke diskotik bersama kawan-kawannya.

Suatu malam Sutris ke diskotik bersama kawan-kawannya. Mereka masing-masing menelan sebutir pil ekstaksi dan menenggak air putih. Lalu mereka mabuk dan mengeleng-gelengkan kepala dalam keadaan setengah sadar. Tapi di tengah asyik mengeleng-geleng itu, tiba-tiba dia merasa dibentak dari telinga kirinya. "Mau mati kau," Sutris mendengar bentakan keras di telinga kirinya.

Dia terperanjat dan menegur kawan di sampingnya. "Kok, kau bentak aku," katanya. Yang dituduh heran dan menyebut dirinya tidak membentak. Sutris kembali melanjutkan "on"nya dengan menggeleng-gelengkan kepala di tengah hentakan bunyi musik. Lagi-lagi Sutris mendengar suara bentakan yang sama dari telinga kanannya. Sutris lalu tersentak dan bertanya kepada kawan di sebelahnya, kenapa dia dibentak. Kawan yang ditanya heran dan menyebut tidak ada membentak.

Menurut Sutris, dia terus lagi melanjutkan mabuknya. Kali ini dia merasakan bahwa dia sedang berzikir dengan mengucapkan lailah haillallah, layaknya orang berzikir. Sutris heran kok jadi seperti berzikir. Kemudian sebuah bentakan keras didengarnya lagi. kali ini lebih keras. "Bandel kali kau, mau mati kau," kata suara bentakan di telinga kirinya.

Mendengar itu Sutris mengaku langsung ketakutan. Dia langsung permisi pulang kepada kawan-kawannya. sampai di rumah menurut penuturannya kepada Kesaksian Spiritual, dia langsung berwuduk dan shalat Isya. Padahal sebelumnya, dia jarang melaksanakan shalat. Dalam doa dia menangis. "Ya, Allah, jangan matikan aku. Mulai hari ini aku berjanji tidak akan makan pil ekstasi lagi," doa Sutris.Sejak itu, Sutris mengaku berhenti total ke memakan pil eksaksi. "Kalau tidak ada kejadian itu, tak mungkin aku berhenti," kata Sutris.

Pengalaman Sutris ini membuktikan kepada kita, bahwa hidayah itu datangnya tidak mengenal tempat. Bila Allah berkehendak, orang yang sedang bergelimang dosa sekalipun akan menyadari perbuatan dosanya dan bertobat dalam seketika.

Wednesday 11 April 2012

Menyaksikan Tubuh Sendiri

INI pengalaman kawan saya Zul --nama sebenarnya tidak saya informasikan. Tahun 1990 lalu, Zul dalam sebuah urusan melaju dengan sepeda motor dari Kota Binjai menuju Stabat, ibu kota Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tapi ketika sampai di Tandem, Zul bertabrakan dengan angkutan kota (Angkot) yang di daerah itu disebut sudako. Kepala Zul terantuk ke kaca samping hingga kaca tersebut pecah.

Anehnya, Zul melihat tubuhnya tergeletak. Dia juga menyaksikan kepalanya berlumuran darah. Orang-orang di sekitar berdatangan. Sebagian menggotong tubuhnya ke dalam sudako tadi. "Cepat bawa ke rumah sakit, cepat bawa ke rumah sakit," teriak beberapa orang. Zul sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menyaksikan setiap detil kejadian itu.

Lalu sudako yang membawa tubuhnya itu berangkat. Selain supir, beberapa orang warga ikut. Walau sudako itu berjalan kencang, Zul merasa tetap di dekat angkot yang membawa tubuhnya itu. Sebab dia masih bisa menyaksikan tubuhnya terbaring tak terberdaya, dan bagaimana cemasnya supir sudako yang menabraknya itu. Namun ketika masih dalam perjalanan, Zul merasa dirinya sudah masuk lagi dalam tubuhnya.

Ketika sadar dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Bahkan dia sempat bertanya kepada supir ke mana ia akan di bawa. Supir mengatakan ke Rumah Sakit Djulham, Binjai. Zul dirawat di rumah sakit itu beberapa hari. Kisah ini saya dengar langsung dari Zul yang mengalami peristiwa itu. Kejadian yang dialami oleh Zul ini memberi kabar kepada kita, tentang proses kematian, yakni saat berpisahnya ruh dengan jasad.

Ketika kita meninggal, yang mati sebenarnya adalah jasad, sedangkan ruh atau diri halus kita, tetap hidup, karena dia bersifat abadi. Bahkan, ruh orang yang sudah meninggal tetap bisa menyaksikan bagaimana keadaan di alam nyata. Hanya saja, walau dia tetap mengetahui keadaan alam nyata ini --terutama lingkungan dan orang yang dia kenal, namun dia tidak bisa berkomunikasi lagi. Dia hanya bisa menjadi SAKSI, tanpa bisa berinteraksi lagi.